id Indonesian en English

Seberapa Pentingkah Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar?

User Rating: 0 / 5

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Haruskah bahasa Inggris  diajarkan sejak sekolah dasar? Hal itu terungkap dalam konferensi internasional TEYLIN (Teaching English to Young Learners Indonesia) 4 yang diselenggarakan secara daring oleh Program Studi Bahasa Inggris (PBI) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulia Kudus pada  Selasa, 23 Agustus 2022. Dr Itje Chodidjah, MA, salah satu keynote speaker pada konferensi  tersebut mengatakan, program Merdeka Belajar  yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2021 memberikan sekolah lebih banyak keleluasaan untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak sekolah dasar. Selain itu, kurikulum Merdeka berfokus pada pengembangan kemampuan bahasa Inggris yang tercermin dalam hasil belajar.

Di samping Dr. Itje Chodidjah, M.A. konferensi tersebut menghadirkan pembicara lain, seorang penulis buku Bahasa inggris untuk anak-anak yaitu  Kathleen Kampa  dari Amerika Serikat,  Dr. Anuncius Gumawang Jati, M.A. (Presiden i-TELL dan Dosen Senior ITB), Dr. Jo-Ann Netto-Shek dari Singapura, Mariel R. Tapadera dari Neuva Ejica University of Science and Technology, Filipina, dan Dr. Diah Kurniati, S.Pd., M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahaswa Inggris Universitas Muria Kudus. Kathleen Kampa menawarkan model pembelajaran bahasa Inggris yang menumbuhkan kemandirian siswa secara interaktif dan menyenangkan. Sepanjang konferensi Dr. Anuncius Gumawang Jati, M.A. memperkenalkan aplikasi Canva dan Vocaroo yang membantu guru membuat bahan ajar yang menarik.

Pakar pendidikan dari National Institute of Education Nanyang University Singapura, Dr. Jo-Ann Netto Shek menyadari perlunya mempromosikan literasi anak-anak sebagai penduduk global melalui karya sastra. Sementara Mariel R. Tapadera menyampaikan hasil risetnya tentang peningkatan literasi anak melalui buku cerita.

Pembicara pungkasan, Dr. Diah Kurniati, S.Pd., M.Pd. menyajikan penelitiannya tentang Mnemonic yang digunakan untuk mengajar kosakata Bahasa Inggris pada anak berkebutuhan khusus.

Acara ini diikuti oleh lebih dari 300 orang peserta dan 39 presenter yang berasal dari Neuva Ejica University of Science and Technology, Filipina dan berbagai universitas dari Indonesia seperti Universitas Negeri Jember, Universitas Jendral Soedirman, Universitas Sampurna, Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Islam Malang, Universitas PGRI Madiun, Universitas Veteran Bandung, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Sebelas Maret Surakarta, INISNU Temanggung, UNISNU Jepara, IAIN Kudus, MAN 1 Kudus, dan SMA 2 Blora.

Konferensi TEYLIN menjadi agenda 2 tahunan program studi Pendidikan Bahasa Inggris yang dimulai sejak tahun 2011 menjadi wadah bagi para dosen, guru, peneliti, praktisi dan mahasiswa untuk mempublikasikan ide pemikiran dan hasil riset terkini tentang pembelajaran Bahasa Inggris bagi anak-anak.

Para peserta sangat antusias mengikuti event tersebut meskipun dengan moda daring. Hal ini dibuktikan dengan testimoni mereka  bahwa mereka sangat menikmati menghadiri konferensi TEYLIN dan belajar hal-hal baru. Konferensi tersebut menghasilkan rekomendasi untuk menghidupkan kembali pembelajaran bahasa Inggris di tingkat dasar.  (Arsya/FKIP)