Triyanto Triwikromo, penulis cerpen dan pemimpin redaksi Suara Merdeka (Pemred), mengungkapkan perlunya senjata khusus untuk masuk ke industri kreatif. Misalnya, cerita pendek bisa menjadi alat untuk memasuki dunia kreatif yang bergerak cepat ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Triyanto saat mengikuti pelatihan penulisan cerita yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Bahasa, Sastra, dan Industri Kreatif (KKBSBI) FKIB UMK, Selasa (14/3) pagi.
Penulis novel "The Battle of Dropadi" melihat peluang besar dalam industri buku untuk menulis cerpen. Apalagi sekarang cerpen tidak lagi eksis hanya sebagai karya tulis. Cerpen masa kini telah diadaptasi menjadi karya lain seperti film dan lagu.
“Saya melihat Kudus punya semangat ini. Ada industri animasi di sini. Semangat itulah yang menjadi motivasi untuk kembali berjualan cerpen dan puisi dengan cara yang berbeda,” ujarnya di acara lantai empat. Dari gedung rektorat Universitas Muria Kudus (UMK).
Triyanto mendorong industri kreatif Kabupaten Kudus terus melakukan renovasi. Sehingga bisa mengikuti generasi atau era yang disebut Triyanto sebagai Netichi dan penerusnya.
“Untuk mencapai level ini, Anda tidak hanya menulis cerita biasa. Banyak cerita lokal yang bisa kita tiru untuk membentuk dan menggerakkan proses kreatif,” jelasnya.
Triyanto sering menggunakan metode dekonstruksi dalam berbagai ceritanya. Contoh penggunaan metode dekonstruksi dapat dilihat pada buku Heaven of Breech terbitan tahun 2014. Melalui kisah ini ia mengungkap kisah Syekh Siti Jenari.
“Ada begitu banyak absurditas di sekitar kita. Semakin sebuah cerita menantang kenyataan, semakin menginspirasi pembaca," katanya.
Materi yang disampaikan Triyanto tidak sebatas teknik naratif. Dia juga menyarankan peserta pelatihan untuk membuat menulis menyenangkan. “Sukacitalah yang membuat Nabi berdakwah tanpa amarah. Itu adalah kegembiraan yang membuat anak-anak membangun dunia baru. Itu adalah kegembiraan yang membuat menulis menjadi beban," katanya.
Moh Kanzunnudin, Ketua Kelompok Kajian Bahasa, Sastra, dan Industri Kreatif (KKBSBI) FKIB UMK mengaku terkejut dengan antusiasme peserta.
- Ternyata para peserta bereaksi positif terhadap materi yang diberikan. Singkatnya, mereka bahkan bisa membuat cerita mini. Ternyata kreativitas peserta luar biasa,” jelasnya.
Kanzunnudin juga berharap agar semangat para peserta terus berlanjut. Selain itu, berdasarkan pengamatannya sebagai dosen bahasa dan sastra di UMK, menurutnya kudus memiliki banyak area pengembangan dalam proses kreatif. (Arsya/FKIP)